PERAYAAN PATAH HATI WIRA NAGARA Telah merangkas sekujur badan setelah kau tinggalkan. Tak tersisa, ditelantarkannya mimpi dan rencana kesepanjang jalan yg tak dilalui lagi berdua dengan sesal yg masih menghias pusara. Pemakaman jiwa yg pernah kau hidupkan, sekumpulan kecewa dari hal hal yg kita janjikan musnah. Terukir dalam batin yg mengais hadir, terkunci dalam darah yg mengalir ketir. Meletus menjadi perayaan dalam kelam yg bersulang, meluap dalam keranda penuh belati yg menancap tulang. Remuk, tak adalagi yg bisa dicerna dari hari hari tanpa renjana. Terbit sang fajar pun tak ubahnya kekacauan yg menyilaukan, gemerlap yg sama sekali tak ku-inginkan menggelapkan sadar yg tersisa dari segala yg bisa disaksikan mata. Namun apa daya? Katamu aku bukan lagi cahaya, aku bukan lagi alasanmu menapaaki dunia. Kau pergi dalam sesak penuh tanya, sebelum aku bisa menawarkan manis untuk setiap lara yg kau derita. Simpuh, tak berhenti aku meminta untuk kembali kau beri rasa. Doa-doa telah merancang menunggu ampunan dosa yg justru membuatmu kian jauh. Tak tersentuh, luruh,, menyisakan separuh,,, dengan jantung yg kehilangan darah menuju pembuluh. Mengucur, sebagai penanda jalan untuk kau kembali. Menjadi irama yg selama ini menghidupi denyut nadi. Telak menusuk dan mengoyak, menjadi kuasa dikehampaan yg tak terendus bahagia dengan batin bersi ku-kuh, kelak engkau akan luluh. Maka, sebelum akhirnya segala tentangku hanya bisa kau kenang sebatas nama. Ingat lagi singgasana yg pernah kau tempati sebagai permaisuri di istana yg kita bangun selama ratusan hari. Datanglah. walau berupa duri yg menambah darah, walau menjelma buih yg mengorek nanah. Kau akan tetap aku sambut dengan perayaan paling meriah...

ini Mak risca bukan😳